Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Liga Arab Seperti Banci Tue Jan 27, 2009 2:35 pm | |
| Liga Arab Seperti Banci Liga Arab Biarkan Palestina Dikoyak Israel 27/01/2009 - 11:14 INILAH.COM, Jakarta – Palestina satu dari 21 negara anggota Liga Arab. Logikanya, Liga wajib membantu Palestina. Yang terjadi, mereka lamban bereaksi seperti banci. Padahal eskalasi ketegangan Palestina dan Israel bukan hal yang tidak bisa diantisipasi.
Akibat bombardir tentara Israel di wilayah Hamas, banyak nyawa melayang. Banyak pula pesakitan yang memerlukan pertolongan obat-obatan, makanan, dan air bersih. Ironisnya, negara terdekat dengan Palestina sendiri tidak membuka akses bantuan internasional. Alasannya tidak cukup menyakinkan.
Padahal, negara seperti Indonesia, sekalipun letaknya cukup jauh dari lokasi peperangan, justru lebih bersemangat membantu. Rasa sakit bangsa Indonesia barangkali jauh lebih dalam ketimbang warga Arab di sekitar Palestina.
Tidak semua bangsa Arab itu dekat tanah Palestina. Tapi kalau dibandingkan dengan Indonesia, jelas Nusantara lebih jauh. Hanya saja, boleh jadi orang Indonesia jauh lebih peduli tentang penderitaan warga Palestina.
Sejumlah 15 negara anggota Liga Arab, rata-rata memproduksi dan mengekspor minyak. Arab Saudi merupakan produsen terbesar dengan 11,2 juta barel per hari. Bandingkan Indonesia yang justru lebih miskin dari Arab Saudi. Bahkan minyak mentah pun diimpor dari Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Tapi soal kepedulian terhadap penderitaan warga Palestina, bangsa Indonesia siap menyisihkan rupiahnya untuk disumbangkan ke Palestina. Bahkan di tahun 1992, ketika Palestina membuka kantor kedutaannya di Jakarta, biaya hidup Dubes Palestina untuk Indonesia, Ribbi Awad, ditanggung Indonesia.
Total penduduk Liga Arab sekitar 330 juta jiwa, sementara Israel hanya 7 juta orang. Kalaupun seluruh orang Yahudi di dunia disatukan, jumlah mereka tidak akan bisa melampaui jumlah penduduk bangsa Arab. Kontradiksi yang dirasakan, persatuan dan kesatuan bangsa Arab agak rapuh, sementara solidaritas dari kelompok Yahudi demikian kuat.
Liga Arab pada akhirnya memang menggelar konperensi khusus – pada saat eskalasi serangan Israel terhadap Gaza tengah berlangsung. Tapi agenda yang dibahas pun hanya terbatas pada bagaimana menghentikan serangan Israel ke Jalur Gaza. Atau bagaimana caranya agar dunia internasional bisa menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada Palestina. Tidak lebih dari itu. Kasarnya, Liga Arab tidak ingin bajunya kotor, apalagi kena percik darah akibat tembakan.
Selain itu Liga Arab seperti tidak punya konsep korporat menghadapi Israel. Apa yang dilakukan Liga Arab lewat konperensi khusus itupun sifatnya parsial, tidak menyeluruh.
Padahal jika diukur dari kemarahan masyarakat internasional, Liga Arab sebetulnya sudah memperoleh suntikan keberanian. Apalagi PBB sendiri yang sudah mengeluarkan Resolusi 1860. Dengan resolusi itu Liga Arab sudah menggenggam dukungan dunia.
Katakanlah jika Liga Arab mau mengirim pasukan, peralatan perang, bahkan ikut menyerbu balik kota-kota di wilayah Israel, dunia internasional pun kemungkinan tidak akan menyalahkan Liga Arab.
Yang agak aneh, Koneperensi Khusus Liga Arab tentang Gaza itupun hampir buyar. Antara lain karena Mesir yang merupakan negara dengan penduduk terbesar di Liga Arab – 81 juta jiwa, agak berbeda sikapnya dengan sesama anggota Liga.
Lantas mengapa selain Liga Arab sulit bersatu, juga tidak terjadi sebuah sinerji antara Liga Arab dan PBB?
Letak Israel dikepung negara-negara Arab. Di Utara oleh Lebanon, sebelah Timur oleh Suriah dan Yordania, sementara bagian Selatan oleh Mesir. Sebelah Barat terdiri dari Laut Mediterania yang menghubungkan Timur Tengah dan Eropa Barat serta Afrika Utara.
Dari negara-negara Arab yang berbatasan dengan Israel, terdapat Suriah yang memiliki 17 juta penduduk. Seyogyanya Suriah bisa menjadi inisiator di antara ke-21 anggota Liga.
Yang jadi pertanyaan, mengapa Suriah tidak berbuat apa-apa? Apakah Suriah trauma dengan kekalahannya dari Israel dalam perang enam hari tahun 1967 yang berakibat jatuhnya Dataran Tinggi Golan ke Israel?
Suriah sudah menggugat Israel agar mengembalikan Golan seperti halnya memperoleh kembali Sinai yang direbut Israel dalam perang dengan Mesir. Namun justru pada tahun 1981, di bawah pemerintahan Menachem Begin, Israel secara sepihak menganeksasi Golan – kawasan yang disebut-sebut sebagai tanah tersubur di Timur Tengah.
Apapun yang terjadi di Israel atau konflik apapun yang muncul dari hubungan Israel-Palestina, Suriah sepertinya tidak mau bereaksi. | |
|