Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Cu Chi Tunnel, Lubang Cacing Saat Vietnam Terjepit Sat Sep 20, 2008 5:31 pm | |
| Cu Chi Tunnel, Lubang Cacing Saat Vietnam Terjepit Sabtu, 20/09/2008 Nograhany Widhi K - detikNews Minh - Cu Chi Tunnel mungkin salah satu rahasia penduduk Vietnam Selatan di Distrik Cu Chi, wilayah kecil di barat daya Saigon (Ho Chi Minh) dalam perang melawan Amerika Serikat (AS). Lorong ini merupakan masterpiece strategi tentara gerilya penduduk desa itu yang anti-pendudukan tentara AS.
Ide membuat lorong dan bunker di bawah tanah ini berawal dari tahun 1945, saat Vietnam masih dijajah Perancis. Saat itu para pejuang mempunyai ide menyembunyikan penduduk sipil di bunker bawah tanah, selain untuk tempat bersembunyi para gerilyawan.
Pintu keluar masuk lorong yang dibuat sealami mungkin itu, hanya satu. Kelemahaannya, kalau pintu yang satu itu ketahuan, ya apeslah tertangkap musuh. Tak ada tempat untuk lari.
Karena itu, ide untuk memperpanjang lorong dan memperbanyak akses keluar masuk pun dibuat. Nah, di Distrik Cu Chi, 70 kilometer barat daya Ho Chi Minh atau Saigon, sistem lorongnya mulai berkembang tahun 1948, di dua desa, Tan Phu Trung dan Phuoc Vinh An.
Pada saat AS datang untuk membasmi paham komunis, dan menjadikan Saigon sebagai pangkalan militernya, tahun 1961, Cu Chi yang dekat dengan Saigon masuk daerah kolonisasi.
Namun, penduduk desa yang menentang kolonisasi itu berprinsip untuk mempertahankan desanya, 'tak akan maju selangkah pun, dan tidak akan mundur selangkah pun'. Untuk bertahan, mereka akhirnya memilih untuk hidup di bawah tanah.
Untuk tujuan pertahanan inilah sistem lorong ini berkembang dengan pesat. Fungsinya, untuk berlindung dari segala serangan bumi hangus AS seperti bom, dan paparan racun herbisida yang bisa membuat difabel fisik maupun mental. Di Cu Chi Tunnel inilah, gerakan bawah tanah (sebenar-benarnya bawah tanah) dirancang untuk memporakporandakan pertahanan musuh.
Tak ada pilihan lain, penduduk di Distrik Cu Chi pun bahu membahu membuat lorong hand made ini. Dengan peralatan seadanya, kebanyakan peralatan bertani seperti pacul dan keranjang bambu karena penduduk Cu Chi yang agraris, mereka mengeduk sedikit demi sedikit lubang cacing tempat persembunyian itu.
"Semuanya adalah pejuang saat itu. Anak-anak, wanita, laki-laki, tua muda, tidak terkecuali. Mereka berjuang untuk keselamatan mereka sendiri-sendiri," kata pemandu rombongan I-ring 808 Gathering Le Chau di lokasi, akhir Agustus 2008 lalu.
Ada yang mengeduk tanah, ada yang membuang tanah, dan ada yang berjaga-jaga di atas, kalau-kalau ada musuh. Jadilah, 5 desa yang semula di atas tanah, bedol desa ke bawah tanah.
Lorong sempit mirip lubang cacing ini, berliku-liku dari atas sampai bawah. Lebarnya, kata Chau, cuma 60 sampai 80 centimeter. Tingginya, sama saja. Jadi harus merayap untuk masuk.
Di ujung lubang cacing, 3 meter dari permukaan tanah, ada ruangan atau bunker untuk tinggal penduduk Cu Chi. Bunker satu dan yang lainnya saling berhubungan dengan lubang cacing pula. Melalui jalur itulah penduduk dan gerilyawan saling berinteraksi dan merancang strategi.
"Panjang Cu Chi Tunnel yang mencakup 5 desa itu lebih dari 200 kilometer! Tak ada arsitek yang merancang sistemnya, semuanya inisiatif penduduk desa," jelas Chau.
Di atas pintu keluar lubang cacing itu, terdapat parit persegi panjang. Kira-kira dalamnya 2 meter. Parit di atas tanah yang ditutupi dengan jerami ini untuk tempat berkegiatan penduduk desa.
Kalau musuh hengkang sesaat, penduduk pun keluar dan berkegiatan di parit ini, seperti sekolah, rapat, membuat senjata seperti senapan dan bom, bahkan melakukan operasi kedokteran.
Kendati berat, hidup di bawah tanah tak menghalangi penduduk untuk hidup normal. "Bahkan banyak bayi-bayi yang dilahirkan dalam lorong itu," imbuh Chau.
Cu Chi Tunnel juga punya akses keluar masuk sampai Sungai Saigon. Kalau keadaan kritis, gerilyawan bisa saja keluar di Sungai Saigon dan menyeberang ke daerah di seberangnya, Provinsi Binh Duong.
Benteng bawah tanah ini sungguh membuat musuh kerepotan. Maklum, jalan masuknya yang banyak itu disamarkan dengan seresah-seresah daun dan tanah. Lokasi lorong dan bunker di tengah hutan karet dan bambu menambah sempurna penyamaran.
"Tentara AS saat itu kaget dan bingung. Karena para gerilya tiba-tiba saja nongol di depannya, melakukan serangan, tembakan. Menghilang. Nongol lagi di belakangnya, menghilang. Nongol, menghilang, nongol dan menghilang, begitu terus," kata Chau.
Tak hanya itu, penduduk desa pun dengan cerdas memasang perangkap yang bisa membuat tentara AS putus asa. Perangkapnya sih sederhana saja, namun mematikan. Disamarkan dengan seresah-seresah daun, bless! Tentara musuh pun ambles dalam parit yang penuh ditanami bambu runcing atau besi runcing.
Hasil perlawanan bawah tanah ini, baik saat kolonisasi Perancis dan AS, penduduk Cu Chi telah menembak mati 20 ribu tentara musuh, menghancurkan 5 ribu tank, menembak jatuh 256 pesawat, mengancurkan 22 kapal perang,dan memusnahkan pos militer 270 kali.(nwk/asy) | |
|