Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Komitmen Kebangsaan Tergeser Politik Identitas Wed Oct 22, 2008 2:38 pm | |
| Komitmen Kebangsaan Tergeser Politik Identitas SUARA PEMBARUAN DAILY [JAKARTA] Erosi komitmen kebangsaan di hampir segenap komponen masyarakat terjadi begitu luas. Cita-cita luhur bapak bangsa yang membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semangat persatuan, kesatuan dalam bingkai Bineka Tunggal Ika semakin pudar dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Semangat patriotisme (cinta Tanah Air) kaum muda semakin kering, demikian pula soal pemahaman dan penghargaannya terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa, makin rendah. "Saya melihat politik identitas justru semakin kuat terjadi di sejumlah elemen masyarakat," ujar Direktur Reform Institute, Yudi Latief kepada SP di Jakarta, Selasa (21/10) berkaitan dengan peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda.
Menurut Yudi, masyarakat sudah cenderung tidak takut dan ragu untuk memaksakan kehendaknya bahwa kelompoknya yang paling benar. Nilai keberagaman, toleransi, dan pluralisme semakin tidak dihargai oleh mereka.
"Jika terus dibiarkan sangat memprihatinkan dan akan menjadi api dalam sekam," ujar mantan Wakil Rektor Universitas Paramadina itu mengingatkan.
Menurut Yudi, lebih mencemaskan lagi dalam 80 tahun Sumpah Pemuda 28 Oktober ini, terlihat semakin berani kelompok masyarakat yang mengedepankan politik identitas berbenturan atau bertabrakan dengan elemen masyarakat yang kuat komitmen kebangsaannya. Hal ini, lanjut Yudi, sangat terlihat di daerah dalam bentuk polemik dan konflik antarwarga masyarakat dalam menyikapi lahirnya peraturan daerah (perda).
Belum lagi semangat putra daerah untuk tampil sebagai pemimpin publik juga semakin kuat. Atau polemik RUU Pornografi yang jelas menuntut Panja DPR harus bekerja keras menampung aspirasi seluruh masyarakat Indonesia.
Nilai Pancasila
Dikatakan, sudah waktunya upaya membangun kembali komitmen kebangsaan diformulasikan oleh seluruh elemen dan komponen bangsa untuk memperteguh kembali semangat Satu Nusa, Satu Bangsa dan Menjunjung Bahasa Persatuan. "Revitalisasi Pancasila juga dapat dilakukan mulai dari mengenalkan kembali Pancasila sesuai dengan konteks yang sesungguhnya. Pancasila tidak boleh lagi dimitoskan seperti pada masa Orde Baru di tengah masyarakat, namun menjadi landasan yang kuat bagi realitas publik yang semakin rasional," ujarnya.
Senada dengan itu, sejarawan, Anhar Gonggong yang dihubungi terpisah sebelumnya mengatakan, nilai-nilai Pancasila tidak pernah diwujudkan dalam selama kemerdekaan ini. Nilai-nilai Pancasila tidak pernah jadi acuan atau hanya jadi acuan dalam mulut, tetapi dalam praktik kehidupan berbangsa malah diinjak-injak.
Dia mengatakan, Pancasila tetap dipakai, hanya saja bagaimana pemimpin negeri ini mewujudkan nilai-nilai itu. Misalnya, kampanye bagaimana mewujudkan nilai-nilai Pancasila itu, sehingga pemerintah mendatang seharusnya mengacu pada nilai-nilai Pancasila dan harus mengembalikannya ke tempat yang lebih tepat kemudian merumuskannya sesuai apa yang mereka rumuskan.
"Implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat dilakukan dengan saling menghargai agama yang satu dengan lainnya," kata Anhar kepada SP di Jakarta, Minggu (19/10). [DMF/E-5] | |
|