Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Jalan Abdul Muis tahun 1860-an Thu Oct 30, 2008 2:13 pm | |
| Jalan Abdul Muis tahun 1860-an Jalan selengang ini tidak akan dapat kita temui lagi di Jakarta. Bahkan saat Idul Fitri ketika lebih separuh penduduknya mudik. Inilah Jalan Tanah Abang Barat (kini Jalan Abdul Muis), Jakarta Pusat. Foto ini diabadikan jurupotret Woodbury & Page, pada 1860-an. Pada satu setengah abad lalu, jalan menuju Pasar Tanah Abang dan menjadi salah satu pusat kemacetan di Ibu Kota, kala itu hanya terdapat beberapa rumah tradisional Betawi. Antara satu rumah dengan rumah lainnya letaknya cukup berjauhan. Pohon rindang terdapat disepanjang jalan. Di sebelah kanan tampak pedagang makanan menggelar dagagannya di samping sebuah warung milik seorang warga Cina.
Di sebelah kiri (tidak terlihat) adalah Kali Krukut yang kini merupakan got (selokan besar). Ketika itu kali ini mengalir dari Pasar Tanah Abang hingga ke muaranya di Teluk Jakarta, Jakarta Utara. Terlihat lampu lentera yang berdiri di sebuah tiang dan dipasang menjelang malam hari. Foto ini diabadikan dari Jalan Budi Kemulian (kala itu bernama Gang Scott). Kini menuju Pasar Tanah Abang dari Jl Abdul Muis yang di kiri kanannya diisi para pedagang suku cadang, kita harus siap menghadapi kemacetan. Bukan hanya pedagang suku cadang dan kaki lima, di sepanjang jalan hingga ke Pasar Tanah Abang terdapat hotel bintang lima dan pertokoan besar.
Lampu lentera kemudian digantikan lampu gas ketika dibangun industri gas di Gang Ketapang (kini Jalan KH Wahid Anhari) berbelok ke arah kiri dari Jalan Gajah Mada (Jakarta Barat). Gas mulai muncul di Batavia 1861 untuk penerangan di rumahrumah hingga Istana Gubernur Jenderal (kini Istana Negara).
Pembangunan Pasar Tanah Abang dan saudara kembarnya Pasar Senen dimulai 1735 oleh seorang pejabat tinggi VOC Justinus Vinck. Pada abad ke-19 sekitar Jalan Tanah Abang Timur pernah menjadi perumahan golongan elite Eropa. Nama Tanah Abang diduga berasal dari tentara Mataram yang datang menyerbu Batavia 1628. Mereka tidak hanya menyerang lewat utara, juga dari selatan. Tanah Abang mereka gunakan sebagai basis militer. Karena disitu tanahnya merah mereka sebut tanah abang (tanah merah).
By Republika Contributor Senin, 22 September 2008 | |
|