"13" itu Bukan Angka Sial
Tagged: Sains & Teknologi
Oleh: Al Jupri
Banyak orang yang mengatakan bahwa “13” itu disebut sebagai angka sial. Tiga belas benar-benar dijadikan mitos oleh sebagian orang. Yang biasanya percaya dengan mitos ini adalah: dukun, paranormal, tukang tenung, tukang sihir (magician), tukang ramal masa depan (horoscope), tukang judi (misalnya penjudi togel), dan sebangsanya. Entah dari mana mitos ini dimulai. Siapa yang memulainya pun tak jelas. Tiga belas dianggap sebagai pembawa malapetaka, berbahaya, dan berbuntut kesialan. Sampai-sampai di beberapa hotel/penginapan, kamar tiga belas itu tak ada. Biasanya setelah kamar dua belas langsung kamar empat belas. Kalaupun ada, biasanya kamar tiga belas itu sengaja dibiarkan saja kosong, katanya “sih” kamar tiga belas itu ditempati oleh “mahluk halus”. Bahkan lucunya tiga belas pun dijadikan sebagai “semacam maskot” salah satu film horor, yakni film yang berjudul “Friday The 13th”. Lebih lucu lagi, kebanyakan dari kita malah ikut-ikutan percaya.
Membicarakan “angka” tiga belas memang menarik, segudang pertanyaan bisa saja diajukan berkaitan dengan hal ini. Namun demikian, kita yang katanya hidup di jaman modern ini, yang lebih percaya pada logika, masihkah mau percaya dengan mitos tiga belas itu? Saya sendiri tak percaya dengan mitos ini.
Secara matematis, bila kita mengatakan “tiga belas adalah angka sial”, sebenarnya adalah sebuah pernyataan yang salah. Salahnya bukan karena saya tak percaya tentang mitos ini, tetapi tak percayanya saya karena berdasarkan konsep matematika. Yang benar adalah tiga belas itu bukanlah sebuah angka, melainkan sebuah bilangan. Jadi, salah bila kita mengatakan “angka tiga belas”, seharusnya “bilangan tiga belas”. Lantas, apa bedanya angka dan bilangan itu?
Angka yang dipakai kebanyakan manusia saat ini (berlaku internasional) hanya ada sepuluh buah, yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Secara matematis, angka berarti lambang bilangan. Sedangkan bilangan, secara matematis, merupakan konsep abstrak yang tak didefinisikan dan menyatakan besarnya nilai atau jumlah dari sesuatu. Contoh: Tiga belas (ditulis: 13) adalah sebuah bilangan. Tiga belas ini terdiri dari dua angka, yaitu angka 1 dan angka 3. Contoh lain: Seribu dua puluh lima (ditulis: 1025) adalah sebuah bilangan yang terdiri dari empat angka, yaitu angka 1, angka 0, angka 2, dan angka 5. Begitu seterusnya.
Apakah berarti, kita tak boleh menyebut misalnya “dua itu bilangan”? Untuk kasus ini, dua berarti sebuah bilangan yang terdiri dari satu angka yaitu angka 2. Kasus lain, misalnya lima. Lima adalah sebuah bilangan, yang terdiri dari satu angka (yaitu angka 5). Begitu seterusnya. Jadi, sekarang jelaskah bedanya antara angka dan bilangan?
Bagaimana dengan negatif seribu tiga ratus empat puluh lima (ditulis –1345)? Jawabnya, negatif seribu tiga ratus empat puluh lima adalah sebuah bilangan bernilai negatif, terdiri dari angka 1, angka 3, angka 4, dan angka 5. Bagaimana dengan akar lima? Jawabnya, akar lima adalah sebuah bilangan. Bagaimana dengan nol koma dua tiga empat (ditulis: 0,234)? (Silakan pembaca menjawabnya). Bagaimana pula dengan satu perlima (ditulis: 1/5)?
Dalam kehidupan sehari-hari, memang jarang sekali dikatakan “bilangan tiga belas” karena “mungkin” kebanyakan orang tak tahu atau terlanjur salah kaprah. Tetapi, secara matematis hal tersebut sangat penting untuk dibedakan. Bukankah beda satu huruf saja bisa menimbulkan kekacauan? Contohnya: Pada kata “Penjahit” bila huruf “i” diganti dengan huruf “a”, maka menjadi “Penjahat”. Bukankah hal ini berbahaya? Apalagi antara angka dan bilangan, bedanya bukan satu atau dua huruf saja, makanya perlu dibedakan.
Kita tidak meletakkan sial kepada angka kerana qada dan qadar urusan Allah, Tuhan Semesta Alam. Mungkin krn terikut-ikut orang kafir, ada antara kita yang percaya
Percaya pada mitos tiga belas sebagai tanda-tanda kesialan, menurut agama (Islam), itu sebuah kesesatan (kemusyrikan) yang nyata. Balasannya adalah siksa Neraka. Sekarang, Anda tinggal pilih saja, apakah percaya atau tidak. Mudah-mudahan kita tak termasuk orang yang percaya dengan mitos tiga belas. Amin.
Tentang penulis:
Master student of Freudenthal Institute, Utrecht University, The Netherlands; Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia (Dulu namanya IKIP Bandung)
email saya: y_saeda@yahoo.com