Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Koalisi Golkar dan PDI-P Ideal Fri Feb 27, 2009 5:17 pm | |
| Koalisi Golkar dan PDI-P Ideal [JAKARTA] Komunikasi politik yang intens untuk membangun koalisi permanen di antara Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) diharapkan terus berlangsung agar segera terwujud. Koalisi kedua parpol pemenang Pemilu 2004 dan diprediksi menempati tiga besar dalam Pemilu 2009, dinilai paling ideal untuk membangun pemerintahan yang kuat.
Demikian rangkuman pendapat yang dihimpun SP, Kamis (26/2) dan Jumat (27/2), dari pakar politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit dan Maswadi Rauf, peneliti senior LIPI Syamsuddin Haris, dan Ketua DPP PDI-P, Maruarar Sirait.
Arbi menyatakan Golkar dan PDI-P berpeluang besar melahirkan sinergi yang kuat. "Koalisi Demokrat dan Golkar di pemerintahan hasil Pemilu 2004 hanyalah koalisi situasional, bukan permanen. Golkar dan PDI-P sangat mungkin menjalin koalisi permanen," katanya.
Sedangkan, Maswadi menyatakan koalisi permanen antara Golkar dan PDI-P hanya mungkin terealisasi apabila kedua parpol saling mengalah. Kalau keduanya tetap ngotot mengajukan calon presiden (capres), koalisi akan sulit terwujud. "Kedua parpol memang tengah menjajaki sejumlah kemungkinan dan seusai pemilu legislatif, saya harap koalisi permanen bisa terbentuk," katanya.
Senada dengannya, pakar politik Syamsuddin Haris menyatakan peluang koalisi Golkar dan PDI-P, terbuka lebar. Tetapi kepastian koalisi itu baru bisa konkret setelah pemilu legislatif. "Jadi memang sebelum pemilu legislatif, gerakan koalisi kedua partai masih sulit diprediksi," katanya.
Ketua DPP PDI-P, Maruarar Sirait menyatakan Golkar pernah menjalin kerja sama politik dengan PDI-P dengan hasil yang cukup memuaskan. Koalisi permanen antara Golkar dan PDI-P adalah koalisi yang ideal dan sangat serasi untuk membangun pemerintahan yang kuat, serta didukung suara mayoritas di parlemen.
"Koalisi permanen sangat dibutuhkan. Untuk itu, partai-partai politik yang berkoalisi harus konsisten me-naati komitmen. Jangan ada parpol yang berkhianat di tengah jalan, karena akan merusak sistem pemerintahan yang sedang berjalan," tegasnya.
Tak Gentar
Menanggapi hal itu, Sekjen DPP Partai Demokrat Marzuki Alie mengatakan, Partai Demokrat tak gentar, apakah Partai Golkar atau partai-partai lainnya akan meninggalkan Demokrat. "Bagi kita, suara rakyat di pemilu legislatif, itulah yang sangat menentukan masa depan Demokrat," tegasnya.
Menurutnya, semua bentuk koalisi yang sedang digagas partai-partai saat ini, hanya wacana. Langkah itu hanya manuver-manuver politik partai. Tak ada yang konkret sebelum pemilu legislatif.
Marzuki menyatakan belum yakin Partai Golkar dan PDI-P akan berkoalisi. "Secara formal, Golkar masih mengatakan bahwa koalisi baru diputuskan setelah pemilu legislatif," ujarnya.
Partai Demokrat, lanjutnya, tak akan menggagas koalisi-koalisi. Demokrat masih menunggu hasil pemilu legislatif, sebagai modal politik berkoalisi. Prinsip utama Demokrat adalah menjalin koalisi dengan partai yang fatwa perjuangannya sama, yakni tetap melanjutkan program-program prorakyat yang dijalankan pemerintahan sekarang serta mendukung Susilo Bambang Yudhoyono sebagai capres. .
Secara terpisah, Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menyatakan setuju koalisi permanen dibentuk, namun baru bisa konkret setelah pemilu legislatif. Ia setuju bangunan koalisi antarpartai sudah mulai digagas, terutama untuk meletakkan agenda-agenda koalisi yang akan disepakati dalam kontrak politik.
Masih Sungkan
Sementara itu, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring berharap Golkar bersikap lebih jelas dalam menentukan koalisi. PKS sangat ingin berkoalisi dengan Golkar. "Saya melihat Pak Jusuf Kalla masih sungkan untuk mengungkapkan hal tersebut. Padahal kami sangat berkeinginan untuk meneruskan koalisi yang ada saat ini," ujar Tifatul, seusai diskusi "Ke Arah Mana Koalisi Pasca Pemilu Legislatif" yang juga dihadiri Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis (26/2) malam.
Kehadiran Kalla dalam diskusi itu, kata Tifatul, merupakan isyarat koalisi yang semakin jelas. Hal itu disampaikan Tifatul lewat pantun,"Bila datang ke Kota Padang, jangan lupa membeli beras. Jika JK datang ke Mampang, isyarat sudah jelas."
Tidak kalah dengan Tifatul, Kalla pun membalasnya dengan pantun. "Bukan ladang sembarang ladang, tapi ladang penuh jerami. Bukan datang sembarang datang, tapi datang untuk silaturahmi."
Terkait fenomena itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens menyatakan pertemuan tersebut merupakan upaya penjajakan untuk berkoalisi. Golkar melihat PKS sebagai partai tengah yang strategis, sedangkan PKS melihat Golkar sebagai partai besar yang berpontesi.
Tetapi kondisi ini bisa saja menimbulkan kekacauan persepsi pemilih, jika Golkar dan PKS memutuskan berkoalisi sebelum pemilu legislatif. "Pemilih Golkar yang sekuler bisa saja meninggalkan Golkar. Namun untuk kepentingan pemilu presiden, gabungan suara keduanya cukup signifikan," katan | |
|