Menteri Keuangan Amerika Serikat Timothy Geithner mengumumkan program pembersihan aset bermasalah perbankan senilai USD500 miliar. Selama ini aset ini menjadi penyebab terguncangnya sistem keuangan AS.
Geithner menyebut program tersebut dengan nama "Program Investasi Publik kepada Sektor Swasta". Program ini akan menyediakan uang bagi pasar terkait kredit bermasalah dan surat berharga yang dikeluarkan bank pada beberapa tahun belakangan. Program investasi publik kepada sektor swasta akan menyediakan pendanaan senilai USD500 miliar dan berpeluang ditambah menjadi satu triliun dolar AS di masa depan. Ini akan menjadi pemegang saham dari aset yang berkaitan dengan real estate yang diluncurkan sebelum resesi yang menjadi penghambat sistem keuangan kita,? kata Geithner, seperti yang dikutip Wall Street Journal.
Geithner menjelaskan, kebijakan ini dibutuhkan karena saat ini sistem keuangan AS secara keseluruhan sedang berjuang untuk pemulihan. Apalagi, banyak bank saat ini terbebani kredit bermasalah sehingga perbankan menahan kucuran kredit. Geithner akan mengumumkan detail dari kebijakan ini.
15 atau 10 tahun, bahkan 1 tahun yang lalu, AS begitu perkasa dan adidayanya. Mereka menguasai dunia, bukan saja menyebut dirinya sendiri sebagai polisi dunia, tapi juga AS mengatur semua alur lalu-lintas perekonomian dunia. Tak ada negara di dunia ini yang tak kagum (atau lebih tepatnya, tak takut kepada AS). Superioritas AS begitu mendominasi, dengan kendali atas PBB sebagai perisai dan senjatanya. Negara-negara Barat lainnya, karena kebijakan AS menguntungkan mereka, tidak banyak campur tangan. Maka jadilah AS semena-mena kepada siapapun, terutama kepada negara-negara Islam. Lihat saja, invasi AS ke Iraq dan Afghanistan. Dari segala sudut alasan, tak ada yang bisa dibenarkan dalam tindakan AS itu.
Tapi sekarang, siapa menyangka AS limbung. Bisa dibilang, AS menjadi pelopor resesi ekonomi dunia yang paling parah. Kredit perumahan yang macet, menjadi salah satu penyebab terbesarnya. Kemudian, bank-bank yang gulung tikar, dan booming kartu kredit berurutan menghantam AS. Semuanya pada satu titik, bahwa sistem ribawi memang hanya merugikan umat manusia secara keseluruhan. Sampai kapan AS terjun bebas? Ada yang menyebutkan sampai 2011, dan atau 2012. Kenyataannya, tak pernah ada yang pasti akan hal ini. Sementara rakyat AS semakin tenggelam pada kondisi ekonomi yang terburuk sejak The Great Depression pada tahun 1933.
Seorang warga AS menghangatkan dirinya dari serbuan pagi yang dingin
dengan menggunakan bendera AS. Sebagian penduduk AS telah membuat kota
tenda di negara-negara bagian AS. Ini adalah kota tenda di Sacramento,
Kalifornia.
Mobil Dodge SUV berjajar di Terminal Laut Atlantik, Maryland. Lebih
dari 57.000 mobil terparkir begitu saja di sana dan tersia-sia. Untuk
parkirnya saja, negara bagian Maryland harus membayar $5,26 juta dalam
sebulan.
Ribuan orang mengantre di New York. Jumlah mereka mencapai 1.400 orang
dan tengah menunggu keputusan akan rumah mereka yang akan disita.
Boks tempat penyimpanan surat kabar di San Fransisco banyak ditarik
dari peredaran karena media cetak AS pun mengalami kebangkrutan yang
ganas.
Salah satu kantor yang kosong di AS. Tak ada lagi kerja dan karyawan di sana.
Rumput ilalang liar tumbuh di pekarangan dan halaman perumahan yang tak selesai pembangunannya di Arizona.
Menurut Time, 100 orang dari satu angkatan di sebuah SMA di AS tidak
lulus. AS diprediksi menjadi drop-out nation karena banyak anak mudanya
putus sekolah.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, jumlah keluarga AS yang menerima
food stamp (kupon makanan) mencapai 31,5 juta atau sekitar 19,3% dari
jumlah keseluruhan penduduk AS. Ini adalah angka tertinggi sejak tahun
1962.
Krisis ekonomi dunia tak pelak telah mengubah AS dalam komitmen dan
strategi globalnya. Semua pihak dan golongan di AS sudah sepakat
mengakui bahwa As semakin hari semakin keropos dalam segala bidang
pembangunan.
"Kita sekarang benar-benar tidak punya uang lagi," ujar Loren Thompson,
analis pertahanan di Institut Lexington, "AS tak mungkin lagi menjadi
polisi dunia. Kita tak mungkin lagi melakukan hal seperti itu." Para
pengamat politik menyebut AS sekarang tengah bertransformasi dari
negara adidaya menjadi negara seribu satu masalah. Itu pula yang pernah
diungkapkan oleh Madeleine Albright, mantan Sekretaris Negara AS.
"Dilihat dari sudut manapun, militer AS sekarang tengah berada dalam
krisis," Gregory Martin, seorang konsultan pertahanan dan mantan
jenderal angkatan udara, mengungkapkan. Menurut Martin, AS bahkan tidak
sanggup lagi membeli atau memproduksi pesawat-pesawat tempur dan
berbagai senjata yang lainnya. Bahkan untuk sekelas F-22, F-35 yang
dari segi pembiayaan dapat digolongkan murah bagi AS. "Jika pemerintah
tak lagi dapat mengusahakan pesawat-pesawat itu saja, skala AS sudah
selayaknya diputar ulang." Martin menegaskan.
Rebecca Grant, direktur Mithcel Institut mengatakan, "AS tidak tahu kemana sekarang harus melangkah."
Grant, Thompson dan Martin hanya tiga dari analis militer AS yang
tampak putus asa. Barry Watts, analis yang lain, mengungkapkan AS
kehilangan arah strategi yang benar. Watts menunjuk kasus pembelian
tank oleh Pentagon lima tahun lalu. Padahal, sekarang ini, pesawat
tempur AS sudah berada dalam kondisi tua dan hampir bobrok.
Seberapa parah krisis di tubuh militer AS? Thompson mengatakan, "Tak
ada lagi proyek satelit komunikasi, radio global, dan tak akan ada
produksi F-22 sampai tahun 2011. (db/em/bc/smedia)