Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Rupiah Tembus 13.100/dolar AS Fri Nov 21, 2008 5:35 pm | |
| Rupiah Tembus 13.100/dolar AS SP/Ignatius Liliek Nasabah mengambil uang dolar AS di ATM dolar BII, di Jakarta, Kamis (20/11). Pada pembukaan perdagangan valas hari ini, rupiah makin terperosok 250 poin ke posisi Rp12.200 per dolar AS.
[WASHINGTON] Harga-harga saham di Asia dan Amerika Serikat kembali anjlok, menyusul turunnya harga minyak dunia hingga di bawah US$ 50 per barel. Harga saham juga terpengaruh oleh pernyataan Pemerintah Taiwan dan Singapura yang memperkirakan mereka akan mengalami kontraksi ekonomi, sedangkan Amerika Serikat menyebutkan bahwa tingkat pengangguran mereka mendekati angkat tertinggi dalam 26 tahun belakangan ini.
Keadaan tersebut, sebenarnya kembali memberi tanda akan makin menyeret ekonomi global semakin dalam. Tidak heran bila Presiden Bank Dunia memperingatkan, jangan sampai krisis finansial ini beralih ke krisis kemanusiaan.
"Kami harus mengingatkan bahwa akibat krisis ini negara-negara miskin telah menghadapi kesulitan yang serius," kata Robert Zoellick, Presiden Bank Dunia, Kamis (20/11) di Frankfurt, Jerman, pada Forum Bank Dunia Jerman ke-10.
Karena itu, menurutnya, tindakan yang diluncurkan oleh pertemuan G-20, akhir pekan lalu di Washington, Amerika Serikat, untuk mengasah kembali arsitek finansial internasional telah memberikan harapan.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia kembali turun sampai sempat di bawah US$ 50 per barel di London dan New York pada perdagangan Kamis waktu setempat. Penurunan itu akibat melemahnya permintaan.
Di New York, minyak jenis light sweet, untuk pengiriman Desember, merosot menjadi US$ 49,91 per barel. Ini adalah harga terendah sejak 18 Januari 2007.
Minyak jenis Brent North Sea di London, untuk pengiriman Januari 2009 turun menjadi US$ 48,20 per barel. Kontrak telah ditutup di posisi US$ 51,72 per barel pada Rabu (19/11).
Di bursa Tokyo Indeks Nikkei 225 turun 2,8 persen menjadi 7.487,09. Di Amerika Serikat, Indeks Standar & Poor 500 anjlok 6,7 persen. Ini merupakan angka terendah dalam 11 tahun.
Sedangkan Dow Jones, turun 445 poin atau 5,6 persen mencapai titik terendah sejak Maret 2003. Penurunan itu membuat Dow Jones, dalam dua hari ini, turun sebesar 873 poin (10,6 persen).
Keadaan tersebut, ditambah turunnya harga minyak dunia semakin mengkhawatirkan Pemerintah AS atas program penyelamatan ekonomi dalam negeri mereka.
Sementara itu, pelemahan rupiah semakin signifikan pada perdagangan sesi pagi, Jumat (21/11). Hingga pukul 10.30 WIB, rupiah tercatat menembus level Rp 13.100/dolar AS.
Sentimen negatif yang terus bermunculan mengenai meluasnya krisis global dari AS ke Eropa dan negara-negara maju di Asia, membuat pelaku pasar memilih menahan dolar untuk mengantisipasi kondisi perekonomian ke depan yang belum pasti.
Hal itu, membuat rupiah tak mampu melawan tekanan dolar AS. Pada perdagangan valas pukul 07.45 WIB, data CNBC menunjukkan rupiah melemah 250 poin ke posisi 12.200 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan Kamis, rupiah berada di level 11.945/dolar AS.
"Pelaku pasar domestik dan global cenderung melihat potensi terjadinya krisis yang semakin parah, jadi untuk aman mereka mengoleksi dolar sebagai antisipasi kondisi ke depan," kata analis pasar uang, Toni Maryano dari Integral Investama, kepada SP.
Dia menjelaskan, dalam kondisi seperti sekarang, mata uang dolar menjadi pilihan investasi yang paling aman karena sewaktu-waktu dapat dikonversi ke mata uang apa pun dengan nilai yang tinggi.
Selain itu, kondisi bursa dan sektor rill juga sedang terpuruk, sehingga pelaku pasar tidak memiliki alternatif investasi lain yang tetap menjanjikan keamanan. Sedangkan instrumen obligasi, cenderung tidak likuid, sehingga tidak dapat dengan mudah ditransaksikan, jika sewaktu-waktu pelaku pasar membutuhkan cash (dana tunai).
Pelemahan rupiah juga diikuti indeks harga saham gabungan (IHSG). Pada perdagangan sesi pagi, IHSG langsung terkoreksi ke zona negatif mengikuti bursa regional Asia.
Pelaku pasar ramai-ramai melepas saham dan memilih keluar dari bursa. Hal itu, tercermin dari volume saham yang ditransaksikan mencapai 1,061 miliar lembar, namun nilainya hanya Rp 366,4 miliar.
Hingga pukul 10.45, IHSG tercatat melemah 45,788 poin (3,96%) ke level 1.109,108. Saham-saham Grup Bakrie masih menjadi pemicu pelemahan IHSG karena terus alami tekanan jual. [DPA/Ant/AFP/AP/Bloomberg.com/E-4/J-9]
SPD | |
|