Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Era Baru Dialog Kristen-Islam Sat Nov 08, 2008 3:14 pm | |
| Era Baru Dialog Kristen-IslamAgama dari Allah untuk ManusiaDari kiri ke kanan: Prof Din Syamsuddin, Kardinal Jean-Louis Tauran, dan Pastor Dr Markus Solo. istimewa Sejarah dialog Kristen-Islam mengalami sebuah metamorfosis berarti dan telah memasuki sebuah babak baru. Demikian kesan sebagian pembicara dan peserta konferensi pertama Forum Katolik-Muslim di Vatikan beberapa waktu lalu. Inisiatif dialog dalam gereja Katolik bukan merupakan hal baru.
Sikap baru menyangkut keterbukaan gereja Katolik sudah diresmikan melalui Konsili Vatikan Kedua lebih dari 40 tahun lalu, yang termuat secara khusus dalam Dekrit Nostra Aetate. Sejak Selasa (4/11) hingga Kamis (6/11), Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama di Vatikan (Pontifical Council for Interreligious Dialog - PCID) menghadirkan 29 tokoh dan cendekiawan Katolik dan Islam dari seluruh dunia.
Ini merupakan langkah konkret pertama yang dijajaki Vatikan atas inisiatif Paus Benediktus Ke-16 setelah menerima surat terbuka (open letter) kepada Paus dan sejumlah tokoh Kristen dunia yang ditandatangani oleh 138 cendekiawan Islam. Surat terbuka itu dibuat setahun setelah Pidato Regensburg, untuk berdialog secara baru atas dasar hukum kasih akan Tuhan dan sesama (Love of God and Love of Neighbour) yang dikenal dalam agama Kristen sebagai hukum utama dalam nuansa dua sisi dari sebuah medali.
Konferensi forum pertama yang sudah lama dinanti-nanti dengan penuh kuriositas ini dipimpin oleh Presiden PCID, Kardinal Jean-Louis Tauran dan Grand Mufti Mustafa, ulama terkenal dari Bosnia Herzegovina. Dua orang perwakilan Indonesia, yakni dan Prof Dr Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Pastor Dr Markus Solo Kewuta SVD, anggota Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama menangani Dialog Kristen-Islam di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, hadir dalam acara itu.
Pada hari pertama, peserta disuguhkan refleksi teologis-spiritual tentang makna kasih dalam agama Kristen dan agama Islam. Paparan teologis-spiritual dari dua perspektif berbeda membawa kedua agama kepada sebuah sikap tunggal, bahwa kasih adalah sebuah kebajikan yang berkarakter universal dalam memerangi segala bentuk egoisme yang terekspresi lewat berbagai bentuk kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia.
Kasih bukan hanya sebuah kata. Ia adalah kata dan tindakan sekaligus. Pertanyaan penting kini mengganjal dan menantang adalah bagaimana orang Kristen dan Islam berusaha untuk mentransformasi "kasih" sebagai kata dalam tindakan nyata, agar bisa diterima dan dipahami oleh orang di luar komunitas agama sendiri tanpa harus percaya akan kebenaran fundamental yang diyakini pihak lain.
Martabat Manusia
Selain mengenai kasih, persoalan lain yang dibicarakan adalah mengenai pergelutan tema Human Dignity (Martabat Manusia) dan Mutual Respect (Saling menghormati). Kedua agama mengakui asal-usul Ilahi derajat manusia karena dianugerahkan Allah sendiri sejak membentuk manusia dalam rahim ibu. Di dalam bingkai Kasih-lah manusia mampu melihat luhurnya Human Dignity dan mampu pula mengembangkan serta mempromosi Mutual Respect.
Din Syamsuddin dalam sebuah intervensi menegaskan dua hal penting untuk membantu kedua pemeluk agama agar menjernihkan pemahaman akan esensi agama: "Agama pada hakikatnya berasal dari Allah, namun bukan untuk Allah, melainkan untuk manusia." Lanjutnya lagi, sebagai konsekuen orang Katolik dan Islam harus bersama-sama mencari dasar-dasar kesamaan (common grounds) untuk memerangi musuh bersama yang adalah persoalan-persoalan sosial-ekonomi, ekologi, berbagai jenis pelanggaran kemanusiaan dan bukan mencari-cari musuh di antara pemeluk agama lain.
Forum dialog tersebut diakhiri pertemuan delegasi dengan Paus Benediktus XVI. Forum pertama ini menghasilkan komunike antara lain; Pertama, kedua pihak bertekad mengembangkan budaya saling memahami dan menghormati. Kedua, bekerja sama membimbing pemeluk masing-masing menghadapi arus sekularisasi yang melanda dewasa ini dengan mengedepankan nilai-nilai etika keagamaan. Ketiga, menyelamatkan generasi muda dari dekadensi moral.
Paus Benediktus XVI mengajak umat Islam dan umat Katolik mencintai Allah dan mencintai sesama sebagai ajaran sentral kedua agama, kemudian menerjemahkannya ke dalam bentuk kerja sama. Kerja sama dimaksud akan lebih erat lagi untuk menghadapi berbagai ancaman peradaban, seperti kemiskinan, kebodohan, dan kerusakan lingkungan hidup.
Din menyambut seruan tersebut ketika berkesempatan menyalami Paus Benediktus XVI. Kepadanya, ia berharap, gereja Katolik mengembangkan kerja sama dengan dunia Islam yang positif-konstruktif atas dasar sikap saling memahami dan menghormati. "Forum pertama Islam-Katolik di Vatikan ini bermakna simbolis bagi kerukunan dan kerja sama di antara kedua pihak yang lebih baik lagi, termasuk di Indonesia yang harus diakui masih bermasalah dan terkendala. Kerukunan antarkeduanya akan mendukung integrasi nasional Indonesia yang majemuk," tukas Din. [L-8]
| |
|